Bertemu denganmu adalah peristiwa yang
membuat hidupku berubah
Bertemu denganmu adalah pengalaman
terhebat yang kusyukuri
Takdir kita
bersama menggapai cita
cinta
Kamu dan aku...
Tua bersama dirimu aku mau
Hingga memutih
rambutmu dan rambutku
Melewati jembatan kehidupan
Menggapai keabadian cinta
Tua bersama dirimu aku bahagia
Mewujudkan setiap impian
bersama
Menikmati lelah dan menjadi lillah
Menggapai kesejatian cinta
- Anandito Dwis &
Anisa Rahma – Tua Bersamamu
Bagaimana
caraku menceritakannya. Cerita ini terlalu manis.
Dakwah ini mempertemukanku dengan orang-orang
yang memilih hidup
untuk berjuang di jalanNya. Orang-orang yang siap mengorbankan jiwa
dan harta untuk dakwahNya. Orang-orang itu membuatku
terkagum-kagum. Saat mahasiswa lain memilih galau soal masa depan, soal dosen
yang sulit ditemui dan tidak segera memberikan nilai, masalah pekerjaan dan jodoh. Orang-orang yang memilih dakwah
tersebut menatap masa depan dengan penuh percaya diri
dan husnudzan kepada Allah.
Mereka yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha
mereka. Meskipun harus menunda waktu kelulusan, menunda untuk revisi skripsi, mereka tidak mengeluh ketika
ada seruan dakwah
datang kepada mereka. Jika seandainya mereka
segera lulus dan pergi, meninggalkan adik sepertiku yang masih butuh saran
dan bimbingan, jadi apa aku ini? Aku tak bisa membayangkannya dan
aku bersyukur pada
Allah bahwa mereka masih
di sini. Aku bersyukur pada
Allah masih ada orang yang
mau mengalah demi dakwah kampus
ini. Semoga Allah selalu
melindungi dan memudahkan jalan kalian, ya...Dakwah itu..
panjang jalannya, banyak
rintangannya, dan sedikit orangnya.Berdakwah mungkin tidaklah mudah,
tetapi dengan berdakwah semuanya jadi indah.
– Ahmad Khairudin Syam.Manhaj Islam tidak akan mencapai tingkatan tertinggi sebelum dakwah
ini melalui jalan
yang terjal, namun
pada hakikatnya mudah karena
diberkahi. – Sayyid
Quthb.
Menjadi tua bersama
dakwah pasti menyenangkan. Menjadi tua dengan hal yang Allah ridhoi pasti
membahagiakan. Meskipun jalannya
terjal, berliku, tetapi akan terasa nikmat karena
Dia meridhoiNya.
Aku ingin
hidup dalam ridhoNya. Entah susah atau senang,
asal Dia ridho, itu sudah
cukup. Menikmati lelah
dan menjadi lillah. Jika lillah
maka kita takkan
pernah lelah.
Dan semoga kita semua dipertemukan
dengan orang- orang yang mencintai dakwah dan mau berjuang di jalanNya.
Orang-orang yang tidak berpikir panjang ketika ada seruan datang.
Orang-orang yang siap memberikan jiwa dan hartanya di jalan ini. Bukankah itu yang Allah minta? Jiwa dan
harta kita untuk
diinfaqkan di jalanNya?
Kalau boleh, aku meminta pada
Allah untuk dipertemukan denganmu yang juga mencintai
dakwah. Karena aku tak tahu bagaimana jadinya hidupku jika aku harus
menjalaninya tanpa hujan. Bukankah dakwah
itu laksana hujan? Rintiknya
menyejukkan. Meskipun kadang orang mencaci ketika hujan datang, hujan tetap
menyuburkan, kan?
Aku masih tidak bisa
membayangkan jika hidupku hanya seputar
aku, kamu, dan keluarga kita. Boleh kan jika
aku bumbui dengan ‘ummat’? Karena ketika hujan
turun, hujan tak mungkin
hanya turun di rumah kita.
Boleh kan jika di pikiranku tidak hanya kamu dan keluarga kita? Bagaimana jika ada kata ‘ummat’
di dalamnya? Karena hujan bukan hanya
milik kamu dan aku. Hujan
milik semua manusia.
Untuk kamu yang masih rahasia, aku tidak tahu duluan
mana, kamu atau ajal yang datang. Karena
aku tak pernah benar-benar
memikirkan pertemuan kita. Aku membiarkan Allah yang memilihkan. Karena
berharap pada seseorang sungguh menyakitkan. Setiap
hari aku selalu
merasa bahwa ajal ini semakin dekat.
Dan apa aku
sudah siap?
Pak, Bu, maafin anakmu ini
yang masih sering membangkang dan berkata
kasar. Buat keluarga
besarku juga, maafin aku...
Teman-teman, maafkan aku yang pasti punya banyak
salah sama kalian.. karena maaf kalian
sangat berarti di akhirat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar