Selasa, 05 Februari 2019

Tua Bersama Dakwah

Bertemu denganmu adalah peristiwa yang membuat hidupku berubah
Bertemu denganmu adalah pengalaman terhebat yang kusyukuri
Takdir kita bersama menggapai cita cinta
 Kamu dan aku...
Tua bersama dirimu aku mau

Hingga memutih rambutmu dan rambutku
 Melewati jembatan kehidupan
Menggapai keabadian cinta
Tua bersama dirimu aku bahagia
Mewujudkan setiap impian bersama
Menikmati lelah dan menjadi lillah
Menggapai kesejatian cinta
-     Anandito Dwis & Anisa Rahma – Tua Bersamamu

Bagaimana caraku menceritakannya. Cerita ini terlalu manis. Dakwah ini mempertemukanku dengan orang-orang yang memilih hidup untuk berjuang di jalanNya. Orang-orang yang siap mengorbankan jiwa dan harta untuk dakwahNya. Orang-orang itu membuatku terkagum-kagum. Saat mahasiswa lain memilih galau soal masa depan, soal dosen yang sulit ditemui dan tidak segera memberikan nilai, masalah pekerjaan dan jodoh. Orang-orang yang memilih dakwah tersebut menatap masa depan dengan penuh percaya diri dan husnudzan kepada Allah. Mereka yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha mereka. Meskipun harus menunda waktu kelulusan, menunda untuk revisi skripsi, mereka tidak mengeluh ketika ada seruan dakwah datang kepada mereka. Jika seandainya mereka segera lulus dan pergi, meninggalkan adik sepertiku yang masih butuh saran dan bimbingan, jadi apa aku ini? Aku tak bisa membayangkannya dan aku bersyukur pada Allah bahwa mereka masih di sini. Aku bersyukur pada Allah masih ada orang yang mau mengalah demi dakwah kampus ini. Semoga Allah selalu melindungi dan memudahkan jalan kalian, ya...Dakwah itu.. panjang jalannya, banyak rintangannya, dan sedikit orangnya.Berdakwah mungkin tidaklah mudah, tetapi dengan berdakwah semuanya jadi indah. – Ahmad Khairudin Syam.Manhaj Islam tidak akan mencapai tingkatan tertinggi sebelum dakwah ini melalui jalan yang terjal, namun pada hakikatnya mudah karena diberkahi. – Sayyid Quthb.
Menjadi tua bersama dakwah pasti menyenangkan. Menjadi tua dengan hal yang Allah ridhoi pasti membahagiakan. Meskipun jalannya terjal, berliku, tetapi akan terasa nikmat karena Dia meridhoiNya.
Aku ingin hidup dalam ridhoNya. Entah susah atau senang, asal Dia ridho, itu sudah cukup. Menikmati lelah dan menjadi lillah. Jika lillah maka kita takkan pernah lelah.
Dan semoga kita semua dipertemukan dengan orang- orang yang mencintai dakwah dan mau berjuang di jalanNya. Orang-orang yang tidak berpikir panjang ketika ada seruan datang. Orang-orang yang siap memberikan jiwa dan hartanya di jalan ini. Bukankah itu yang Allah minta? Jiwa dan harta kita untuk diinfaqkan di jalanNya?
Kalau boleh, aku meminta pada Allah untuk dipertemukan denganmu yang juga mencintai dakwah. Karena aku tak tahu bagaimana jadinya hidupku jika aku harus menjalaninya tanpa hujan. Bukankah dakwah itu laksana hujan? Rintiknya menyejukkan. Meskipun kadang orang mencaci ketika hujan datang, hujan tetap menyuburkan, kan?
Aku masih tidak bisa membayangkan jika hidupku hanya seputar aku, kamu, dan keluarga kita. Boleh kan jika aku bumbui dengan ‘ummat’? Karena ketika hujan turun, hujan tak mungkin hanya turun di rumah kita.
Boleh kan jika di pikiranku tidak hanya kamu dan keluarga kita? Bagaimana jika ada kata ‘ummat’ di dalamnya? Karena hujan bukan hanya milik kamu dan aku. Hujan milik semua manusia.
Untuk kamu yang masih rahasia, aku tidak tahu duluan mana, kamu atau ajal yang datang. Karena aku tak pernah benar-benar memikirkan pertemuan kita. Aku membiarkan Allah yang memilihkan. Karena berharap pada seseorang sungguh menyakitkan. Setiap hari aku selalu merasa bahwa ajal ini semakin dekat. Dan apa aku sudah siap?
Pak, Bu, maafin anakmu ini yang masih sering membangkang dan berkata kasar. Buat keluarga besarku juga, maafin aku... Teman-teman, maafkan aku yang pasti punya banyak salah sama kalian.. karena maaf kalian sangat berarti di akhirat nanti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar