Kamis, 29 November 2018

"Boleh kutulis masa depan sesuai yang kuinginkan?" Tanya seorang anak kecil kepada kedua orangtuanya.

"Bapak dan Ibu lebih tahu."

Kadang ia merutuk, tetapi ia tak mau berkata seandainya. Ia telah memilih jalan yang dipilihkan orangtuanya. Jadi, terima saja dengan lapang dada dan lakukan yang terbaik.

Ikhlasmu lebih Allah sukai daripada keluhanmu. Sabarmu lebih Allah sukai daripada amarahmu. Syukurmu lebih Allah sukai daripada kedengkianmu.

Percayalah, semua akan indah pada waktunya. Karena ridho Allah terletak pada ridho orangtua.

Jumat, 23 November 2018

"Buuu Buuuu"

Hari ini, sudah dua kali aku teriak, "Ibu... Ibu..." dengan nada panik.

Menjelang maghrib, ketika aku menjemur baju, tiba-tiba pintu kandang ayam terbuka, ayamnya lari keluar semuaaaaa!! Aku tanpa pikir panjang langsung lari, masuk rumah, ngunci pintu, lari lagi ke depan sambil teriak, "Ibuu Ibuuu.." paniiik!!! Dan ternyata, pintunya terbuka lagi karena saking paniknya aku nguncinya nggak beneeeerr~~ Argh... Posisi bapak ngelembur lagi!

Aku mempelajari:
Ketika aku dalam posisi terancam, aku mencoba melarikan diri.

Aku takut sama ayam. Aku pernah disakiti sama ayam. Beberapa kali. Dari kecil hingga besar. Dan saking paniknya, aku nggak rapet ngunci pintu, jadi pintunya buka lagi. Peluang aku disakiti sama ayam jadi lebih besar. Harusnya, aku masuk rumah, aku pastiin pintunya terkunci, selesai, aku bisa bernapas lega. Tapi karen panik, ya gitu deeh..

Ibu datang sebagai pahlawan. Berani pegang sama nggendong ayam dan masukin ayam-ayamnya ke kandang. Aku? Megang ayam aja nggak berani. Cewek abal-abalah gue ini... Astaghfirullah..

Teriakan keduaku. Habis sholat maghrib aku memutuskan masak nasi goreng. (Harusnya al-ma'tsuratan ya haha) Habis nasi gorengnya matang, kompornya kumatikan, eh apinya ada yang nggak mati, malah menyala-nyala.

Paniiikk!!

"Ibuuu Ibuuu.."

"Napa?" Ibu yang lagi sholat menimpali santai.

"Rene.. rene.." aku nggak bisa bilang apa yang terjadi. Kebakaran?

Niatnya mau nyopot selang dari tabung gasnya tapi karena takuuut banget jadi satu-satunya yang ada di pikiran adalah manggil ibu.

Ibu datang lagi sebagai pahlawan. Nyopot selang dari tabung gas, kompor di balik, ngambil air, disiram ke kompor. Ternyata selangnya terbakaaarrr... huaaaaa...

Daan tetanggaku pasti bertanya-tanya aku sih kenapa... apalagi tadi waktu main ke rumah simbah langsung ditanya, "Ono opo? Kok bengak-bengok."

Ya Allah... umur berapa aku ini? Kepala dua.. Dan aku masih saja butuh bantuan ibu.

"Ibu... lihat kaos kakiku?"

"Kacamataku mana ya bu?"

"Bu.. kok dekernya nggak ada?"

"Bajunya di mana, bu?"

"Kerudungnya di mana, bu?"

"Bu... lihat hape-ku?"

"Tadi yang di sini disingkirin ibu ke mana?"

"Hari ini pake baju apa, bu?"

"Ini yang dicuci mana aja, bu?"

"Hari ini mau masak apa, bu?"

"Buuu jodohku mana?" (Wkwkwk enggak ding)

Dan lain-lain.

Ya Allah... bagaimana kalau Engkau mencabut nyawa Ibu? Apa aku bisa melakukan segala sesuatunya sendiri? Dulu pas ibu sama bapak nikah, posisi mbah uti udah nggak ada karena sakit.. Dan ini Ibu sedang sakit, aku pingin nikah saat orangtuaku masih komplit.. Ya Allah.. berkahilah umur kedua orangtuaku. Aku mencintai mereka, Ya Allah..

Maaf ya amanah kampus kalau aku lebih memilih amanah di rumah.. Menurut marotibul amal, dari diri sendiri ke keluarga lalu ke masyarakat. Berat nolak seruan dakwah kampus. Berat juga nolak permintaan bapak ibu dan saudara. Aku sedang mencoba memanajemen waktuku. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi setiap urusan, memberikan jalan keluar bagi setiap masalah. Aamiiin..

My sweet home, 23 November 2018