Dua tahun
lalu, ketika saya diamanahi menjadi
sekretaris departemen. Dua tahun lalu mah nggak bisa nolak. Tiba-tiba dapat undangan, dateng-dateng ternyata
sosialisasi PH+. Ya Allah… nggak
ditembungin, tiba-tiba dikasih amanah. Amanah kan emang bukan buat ditolak.
Tapi caranya ya nggak kayak gini juga kaleee~
Amanah itu tidak boleh diminta,
tidak boleh juga ditolak. Bukan urusan amanah itu berat atau tidak, melainkan pembelajaran apa yang bisa
kita dapatkan.
Seringkali takdir berlainan dengan rencana kita,
tetapi percayalah ketika kita ikhlas menjalaninya
semata-mata hanya karena Allah, cerita takdirNya tentu akan
lebih indah dibanding cerita kita.
(Siti Aliyah Hani)
Aku tak pernah mau jadi sekretaris,
entah sekretaris apapun itu. Aku pernah trauma ketika menjadi seorang
sekretaris. Aku nggak suka ngetik-ngetik, administrasi, persuratan,
nyatet-nyatet, hadeeehh, ngayomin, ngasih perhatian ke anak-anak, mending
aku yang dikasih
perhatian. Haha! Tapi karena
ini amanah, ya mau bagaimana lagi. Apa yang bisa kupelajari dari
amanah ini? Ambil pelajaran sebanyak mungkin.
Aku belajar untuk menekan ego, tak
memperturutkan egoku. Sifatku masih kekanakan. Nggak cocoklah jadi sekretaris. Ya nggak? Apa aku sudah terlihat sok
dewasa?
Aku
belajar untuk berubah.
Aku nggak suka
basa-basi. Tetapi ternyata
hal tersebut malah membuat adik-adik
yang kurang aktif merasa aku hobinya
cuma ngomongin amanah. Akhirnya, di tahun terakhir, gue sering
chat adik-adik cuma sekedar basa-basi, tanya
kabar, kesibukan, balesin statusnya mereka. Sering banget tiba-tiba
kalau mau tidur keinget, “Aku belum lihat statusnya
anak-anak!” Langsung deh buka
WA buat lihat statusnya mereka dan membalas status tersebut kalau memang
memungkinkan untuk dibalas. Alhamdulillah mereka sering
update status, jadi tahu deh
mereka lagi ngapain aja.
Kalau ada yang nggak bisa dateng, atau
izin, tetep dibalasin
chat-nya.. Dikasih semangat dan didoakan.. Dulu males banget
balesin
chat, sekarang jadi lebih sering bales,
entah
chat-nya penting atau nggak.
Aku masih merasa bersalah atas amanah 2
tahun sebelumnya. Dan di tahun terakhir ini aku mulai
berbenah. Ketika PPL di Magelang dan KKN di Batang, aku jarang menghubungi adik-adik. Aku nggak suka buka WA,
apalagi tugasku juga banyak. Jadi bisa dibilang aku seolah meninggalkan adik-adik.
Lalu tiba-tiba aku berpikir, bagaimana ya jika
aku punya anak, anakku tinggalnya jauh
dari aku, dan aku lebih
peduli sama tugasku
daripada buka WA buat
chat dia. Ya Allah, aku
pasti jadi Ibu yang nggak
Ibu- able bangeeett.. Akhirnya
dari situlah aku mulai suka
nge- WA adik-adik dan teman-teman. Kadang ngirimin VN gaje, nyanyi gaje
terus dikirim, ngucapin
ulang tahun kalau
tahu tanggal ultahnya, ngucapin selamat kalau sedang memperoleh keberhasilan, dan blablabla.. Jangan
sampai begitu amanah berakhir,
ukhuwah jadi renggang…
Dan yang paling membuatku merutuki
kenapa aku menerima amanah jadi sekretaris
adalah saat LPJ-an. Gak suka bikin LPJ-an… Dan alhamdulillah udah
demisioner hehe!
Apakah
aku sudah jadi sekretaris yang baik, ya? Pasti
banyak kekurangan di sana-sini. Pas itu bikin surat salah tanggal lagi!
Alhamdulillah lhooo~ aku bahagia punya
departemen Diklat. Mereka semangat semua… Mereka keren-keren semua… Devi,
Rina, Nikmah, Istiar,
Widia, Aji, Afief,
Mirza, Wahyu.
Thank you all~~ Jadi kan di diklat itu kalau ada
yang
milad dikasih buku, ya.. dan ada tanda tangan dari fungsionaris terutama
yang Diklat. Lah, belum semuanya dapat buku. Masih ada 3 orang yang
belum dapat karena nunggu pada ngelunasin kas departemen. Paling nggak,
dengan tanggungan buku itu, aku punya alasan
buat ketemu kalian. Kita
punya alasan untuk
bertemu dan menanyakan kabar. Kita punya kesempatan untuk bersalaman dan
saling
berpelukan, meluruhkan dosa-dosa
di setiap kali tangan kita berjabatan, tersenyum, menyedekahkan
senyuman pada saudari kita. Nggak tahu kapan, yang penting kapan-kapan
ketemu yaaa~
Tanggungan buku nih,
tanggungan. Hehe!
Amanah teremban pada pundak yang semakin
lelah, bukan sebuah keluhan, ketidakterimaan atau terlebih surut
langkah ke belakang.
Ini adalah awal
pertempuran, awal
pembangkitan sayap di antara kita yang beriman. Wahai diri, sambutlah seruanNya. Orang-orang besar lahir
karena beban perjuangan, bukan menghindari peperangan.
(KH.
Rahmat Abdullah)