Kamis, 20 Juni 2013

Aizen's Angel

Tit tit tit tut
Alarm di jam tangan Orihime, Nelliel, dan Rukia berbunyi.

Dengan cepat mereka pergi ke markas Aizen's Angels.

"Evening, Ladies," sapa Aizen yang duduk di tempat duduknya.

"Evening, Aizen," jawab mereka kompak.

"Malam ini, kalian akan berhadapan dengan Yamamoto's Devils. Mereka akan mencuri di Bank Hueco Mundo malam ini tepatnya jam 11 malam,"

"Baik, Aizen!" jawab mereka.

Pukul 23.00..

"Heh, bro! Masukkan kuncinya," seru Ichigo.

"Bentar," jawab Grimmjow.

Lemari besar yang penuh dengan uang terbuka. Mereka dengan sigap memasukkannya dalam koper.

"1 Milyar dollar sudah ditangan," seru Ichigo.

Ulquiorra memegang koper tersebut dan membawanya keluar. Grimmjow dan Ichigo mengikuti di belakang.
Begitu keluar, mereka sudah ditunggu para angel.

"Kalian mau ke mana?" tanya Rukia dengan evilsmile.

"Kotak itu, serahkan pada kami," perintah Nelliel.

"Hai, Ichigo!" sapa Orihime dengan senyum merekah.

"Hime!" Rukia memukul Orihime.

"Maaf," Orihime masih tersenyum.

"Hah.. Sial!" ujar Grimmjow.

"Ck. Ayo pergi," ujar Ichigo.

Para devil berpencar. Begitu pula para angel.

Nelliel berhadapan dengan Grimmjow.

Rukia berhadapan dengan Ulquiorra. Tapi mereka di labirin. Ulquiorra sangat kenal dengan labirin ini. Otomatis ia dapat menghindar dari Rukia.

Orihime berhadapan dengan Ichigo.

"Kau tampan dan kuat," Orihime memutari Ichigo.

Ichigo berusaha mencari celah meskipun ia tahu akan sia-sia.

"Kau juga jahat," Orihime tersenyum evil. "Tapi, ada yang lebih jahat," Orihime hendak mencium Ichigo.
Ichigo terkejut.

Orihime mundur dengan kecepatan tinggi.

Bush..

Asap ungu mengepal menutup semua ruang nafas Ichigo. Asap yang berisi racun. Ichigo baru sadar kalau ia terkena jebakan. Ia harus keluar dari asap ini. Sia-sia. Kakinya tak dapat bergerak. Racun telah melumpuhkan kakinya.

Ulquiorra bersandar di dinding labirin. Sosok orange tiba-tiba muncul.

"Bagaimana kau tahu aku ada di sini?" tanya Ulquiorra datar.

"Karena, hatiku dan hatimu telah menyatu," Orihime berkata dengan polosnya.

Bulan yang tertutup awan kini mulai tampak. Sinar mentari yang dipantulkan bulan ke bumi merambat ke atap labirin. Menampilkan dua sosok hitam dan orange.

"Boleh aku berkenalan denganmu?" Orihime maju selangkah.

"Tidak ada kata kenalan," Ulquiorra melempar shuriken dengan kecepatan exstra.

Sayang sekali. Sudah jelas Orihime dapat menghindarinya. Oh. Tidak. Salah. Shuriken itu mengenai lengannya sedalam 1 mm. Darah segar keluar.

"Pantas saja aku bisa jatuh cinta denganmu. Kau memang hebat," ujar Orihime.

"Jatuh cinta? Kau seperti wanita murahan yang biasa mengumbar kata cinta," Ulquiorra berlari mendekati Orihime dan mematok saraf kakinya.

Salah satu keahlian Ulquiorra adalah menyumbat aliran darah dan menghentikan kerja saraf.
Orihime jatuh tak berdaya.

"Au," pekik Orihime. Kakinya kaku tak bisa digerakkan.

"Sebentar lagi polisi akan datang. Pergilah, Onna," ujar Ulquiorra.

"Bagaimana aku bisa pergi kalau aku tak bisa jalan?" Orihime hampir menangis. Baru kali ini ia dikalahkan cowok yang baru ia kenal + baru ia cintai.

Ulquiorra hanya menatapnya datar. Tak ada belas kasihan di raut wajahnya. Ulquiorra meninggalkan Orihime.

"Uh. Dia jahat sekali!" Orihime memukul dinding labirin. "Benar juga. Kalau tidak jahat, mana mungkin aku menyukainya? Hahaha.. Orihime.. Kau memang bodoh,"

Orihime menekan headsetnya. "Ruki, Nelliel, aku di labirin area 2A,"

"Bagaimana?" tanya Aizen. Dari raut wajahnya terlihat kalau ia kecewa.

"Gin," panggil Aizen.

Gin-sang pengawal setia mulai bicara.

"Uang senilai 1 Milyar dollar dicuri Yamamoto's Devils. Semua orang kecewa pada kalian. Dengan ini, kita harus ganti rugi. Gaji kalian akan dipotong," ujar Gin.

"Dipotong?" Nelliel kaget setengah mati.

"Aizen, please.. Aku harus membeli peralatan karate untuk turnamen," Rukia memelas.

"Iya, Aizen, aku harus shopping. Ada gaun yang aku idam-idamkan," Nelliel tambah memelas.
Orihime hanya diam.

"Maafkan aku, Aizen. Ini semua salahku," ujar Orihime.

"Bukan, Orihime. Ini salahku. Aku tak bisa menemukan Ulquiorra," sergah Rukia.

"Aku juga tidak bisa menghentikan Grimmjow," tambah Nelliel.

"Baiklah. Aku tak butuh penjelasan kalian. Silakan pergi," ujar Aizen.

Mereka bertiga diusir keluar.

"Sial!" Nelliel memukul tembok.

"Aargh!" Rukia menjerit.

Eh. Maaf. Ara belum cerita, ya? Aizen's Angels adalah sebuah agen pulsa. Eh. Bukan. Sebuah agen yang melawan kejahatan. Musuh bebuyutan dan terberat Mereka adalah Yamamoto's Devils. Orihime Inoue adalah anggota baru Aizen's Angels menggantikan Harribel. Sebenarnya, ia menjadi anggota Aizen's Angels untuk menemui sang pujaan hati yaitu Ichigo Kurosaki. Tapi, ia malah bertemu Ulquiorra yang telah meluluhkan hatinya.

Aizen's Angels dan Yamamoto's Devils bergerak diam-diam. Masyarakat tidak tahu menahu siapa anggota Aizen's Angels dan Yamamoto's Devils. Yang terpenting, Aizen's Angels adalah pahlawan kota. Dalam aksinya, Aizen's Angels dan Yamamoto's Devils tidak boleh ketahuan polisi. Jika ada orang yang mengetahui kedok mereka, mereka diwajibkan keluar dan mengasingkan diri. Cukup? Mungkin segitu aja.

Teng teng teng teng

Suara lonceng sekolah yang menandakan waktu masuk.
"Pagi, anak-anak. Hari ini bapak membawa murid baru. Silakan masuk," ucap Pak Kenpachi.
Orihime dengan tampang polos dan senyum merekah memasuki kelas. Tampang yang sangat berbeda saat ia jadi angel.
"Selamat pagi. Perkenalkan. Namaku Orihime Inoue. Senang berkenalan dengan kalian,"
Orihime memutar seluruh pandangannya ke kelas. Matanya terhenti melihat sosok bermata emerald.
"Orihime, duduklah di samping Ulquiorra,"
Orihime langsung duduk di samping Ulquiorra. Bagaimana lagi, hanya tempat tersebut yang kosong.
"Di sini Orihime-lah yang paling muda. Ia berusia 16 tahun. Karna ia ikut kelas khusus semasa SMP, ia bisa setara dengan kalian yang berumur 17 tahun,"
"Oh...," semua anak malah ber-oh ria.
Orihime melihat Ulquiorra. Ulquiorra sangat serius mendengarkan Pak Kenpachi yang menjelaskan rumus matematika.
Yang dijelaskan Pak Kenpachi adalah :
Pedang A dikalikan pedang B sama dengan kehancuran. Kehancuran dikuadratkan sama dengan kemusnahan. Kemusnahan dibagi kekuatan sama dengan daya. Daya listrik yang mengalir adalah...
(*betul-betul tidak masuk akal*)
"Ada yang bisa?" tanya Pak Kenpachi.
Yang angkat tangan hanya Ulquiorra dan Orihime. Siswa yang lain hanya bingung-bingung pusing. (*ya iyalah. Pertanyaannya aja gak masuk akal*)
"Kau Orihime! Berapa jawabannya?"
"3000 watt, Sir," jawab Orihime mantap.
"Betul! Seharusnya kau duduk di kelas 3. Buka halaman 14. Kerjakan. Bapak mau keluar sebentar," Pak Kenpachi lalu keluar meninggalkan murid-muridnya tanpa tanggung jawab.
Sejak saat itu, meja Orihime dikerubuti teman-temannya. Bagaimana dengan meja Ulquiorra? Ya dikerubungi cewek-cewek genit. Lagipula, Ulquiorra itu pelit.
"Hei, Orihime, ajari dong!"
"Iya, Orihime. Aku tidak bisa,"
"Hime, ini caranya bagaimana?"
"Kok kamu bisa pintar makan apa sih?"
Orihime hanya tersenyum bingung.
"Hei...!" dari balik kerumunan muncul cewek berambut cepak yang tak lain adalah Tatsuki.
"Daripada suruh ngajari, lebih baik kita contekin aja..!" seru Tatsuki.
"Betul! Aku setuju!"
"Meskipun dijelaskan seribu kali, aku tidak akan paham,"
"Lebih baik nyontek,"
"Nggak bayar kan, Orihime?"
Belum sempat Orihime menjawab, dari meja sebelah terdengar suara yang mengalihkan perhatian Orihime dan semua orang.
"Ulqui, ajarin dong!" pinta Menoly sok genit.
"Iya. Aku juga," tambah Loly.
"Minta ajar saja pada cewek itu," ujar Ulquiorra datar.
"Wajahnya tak meyakinkan. Mungkin ia tadi hanya beruntung aja," ucap Menoly.
"Hei! Kalian jangan asal nuduh, ya?" bentak Tatsuki pada Loly dan Menoly.
"Emang salah? Liat aja wajahnya. Menjijikkan," ujar Loly sambil melirik Orihime.
Orihime hanya diam menyimpan kesabarannya. Coba dia sekarang jadi angel. Pasti Loly dan Menoly udah jadi telur dadar!
"Eh. Dibanding kalian lebih cantik dia tahu!" seru Tatsuki.
"APA?"
Akhirnya terjadi adu mulut antara Loly, Menoly, dan Tatsuki.
Dan akhirnya, Orihime tidak jadi ngajari malah nyontekin teman-teman satu kelas.
"Akhirnya selesai! Makasih Orihime," ujar Tatsuki.
"Sama-sama," ucap Orihime disertai senyum.
"Kita bisa berteman, kan?" tanya Tatsuki.
"Tentu saja,"
Mereka berdua berjabat tangan.
Bel istirahat berbunyi.
"Orihime, ayo ke kantin!" ajak Tatsuki.
"Maaf, Tatsuki. Aku bawa bekal,"
"Ya sudah. Aku ke kantin dulu, ya!" Tatsuki lalu pergi bersama Renji. Yah, Renji dipaksa sih.
Orihime lalu keluar. Ia menyandarkan tubuhnya di tembok siku-siku.
"Halo? Aizen, kok aku satu kelas sih dengan si Ulqui?" ujar Orihime berlagak sok kesal. Padahal hatinya senaaang bangett.
Ulquiorra nguping. Meskipun Orihime tahu, tapi ia membiarkannya.
"Tidak ada sekolahan lain untukmu. Lagipula, ku ingin kau memata-matainya. Kau mengerti?" ujar Aizen.
"Mengerti, tapi...,"
Tut tut tut tut
"Halo? Kok malah diputus sih?" Orihime mendengus kesal.
"Nasibmu sama denganku," ujar Ulquiorra.
"Maksudmu?" tanya Orihime tak mengerti dengan wajah polosnya.
"Meskipun tahu kau sekolah di sini, Yamamoto tak memindahku. Ia juga ingin aku memata-mataimu,"
"Tapi, aku senang. Bisa tiap hari bertemu orang yang ku cintai," ujar Orihime disertai senyum polos.
Ulquiorra agak terkejut. Biasanya anggota Aizen's Angels tak ada yang bisa sepolos ini. Tak terlihat sedikitpun kalau dia anggota Aizen's Angels.
"Karna itu aku membencimu. Kau begitu baik dan polos. Juga mudah mengumbar kata cinta," ujar Ulquiorra disertai tatapan tajam.
"Ku harap, semakin kau benci, semakin kau cinta," Orihime lalu meninggalkan Ulquiorra.
Malam ini, sedang tidak ada pekerjaan. Ulquiorra, Grimmjow, dan Ichigo berjalan di taman kota.
"Bro, gue beli popcorn dulu," Ichigo melesat pergi.
"Aduh, aduh, Ulqui, gue ke toilet dulu," ucap Grimmjow sambil memegangi perutnya.
Ulquiorra hanya menggeleng. Ia tahu persis ke mana teman-teman tololnya itu pergi.
Ichigo pergi ke rumah Rukia. Diantara semak belukar, ia mengintip Rukia yang sedang latihan karate. Rukia berlatih serius sekali bersama sang kakak. Siapa lagi kalau bukan Byakuya Kuchiki. Pemenang turnamen karate selama 10 tahun berturut-turut. Kali ini giliran sang adik yang akan menggantikannya.
Grimmjow pergi ke restaurant untuk bertemu dengan Nelliel. Grimmjow menyamar menjadi Nnoitra.
"Hei, Nelliel, kau sudah cukup lama di sini?" tanya Grimmjow yang menyamar menjadi Nnoitra.
"Lama. Lama sekali," Nelliel berlagak jengkel.
Nnoitra adalah mantan Yamamoto's Devils menggantikan Grimmjow. Nelliel sangat menyukainya. Tapi tidak bagi Nnoitra. Ia menyukai wanita lain. Bukankah jika Grimmjow menyamar menjadi Nnoitra berarti memperluas harapan Nelliel pada Nnoitra?
Orihime duduk di bangku taman. Tepat di bawah pohon murbey.
"Kau sedang apa?" Ulquiorra tiba-tiba datang dan berjongkok di depan Orihime.
"Oh, kau, Schiffer. Ada apa?" tanya Orihime polos.
"Panggil aku Ulquiorra,"
"Baik, Ulquiorra,"
"Kenapa kau membawa benda tajam ke sini?" tanya Ulquiorra.
"Ini bukan benda tajam. Ini hanya mainan. Aku akan menjualnya," ujar Orihime sambil terus mengasah shuriken.
"Begini caranya," Ulquiorra merebut shuriken dari tangan Orihime. "Kalau mengasahnya tidak satu arah, ketajamannya akan berkurang," Ulquiorra mempratekkannya.
"Jadi harus digosok satu arah?" tanya Orihime.
"Hn," Ulquiorra mengembalikannya pada Orihime.
Orihime mengasah seperti yang diajarkan Ulquiorra.
"Kau sedang apa di sini?" tanya Orihime sambil melihat muda-mudi yang berlalu lalang.
"Hanya mengisi waktu luang," jawab Ulquiorra.
"Bersama Ichigo dan Grimmjow?" Orihime berusaha mencari Ichigo dan Grimmjow.
"Hn,"
"Di mana? Kok aku nggak lihat?"
"Kalau kau lihat, pasti mereka akan menjauhkanku darimu,"
"Jadi kau diam-diam?" mata Orihime berbinar-binar.
Ulquiorra tidak menjawab.
"Ya sudah kalau kau tidak mau jawab. Ulquiorra, jadi devil itu menyenangkan?"
"Tidak,"
"Lalu, kenapa kau mau jadi devil?"
Ulquiorra melihat jam tangannya. Ia berdiri. Tangannya ia masukkan ke saku celana.
"Eh?" Orihime menengadah..
"Alasannya sama sepertimu," ujar Ulquiorra pelan tapi dapat ditangkap Orihime.
'Sama sepertiku?' batin Orihime.
"Aku pergi dulu, Onna,"
Pelan tapi pasti Ulquiorra berhasil menghilang diantara muda-mudi yang sedang berpacaran.
Ulquiorra pergi ke tempatnya tadi. Tujuannya ya biar Grimmjow dan Ichigo tidak tahu kalau dia habis menemui Orihime.
"Ya ampun, bro.. Tadi ngantrinya lama..," ujar Ichigo dengan keringat bercucuran.
Popcorn yang dibawanya menjadi lebih asin karna keringatnya.
"Huhahuha, sorry, tadi toiletnya penuh," Grimmjow juga penuh dengan keringat.
"Kau, kenapa penuh keringat begitu?" tanya Ichigo sok kaget.
"Sedangkan kau, kenapa bercucuran keringat begitu?" tanya Grimmjow balik.
"Tadi ngantrinya lama. Gerah lagi! Oh, aku tahu. Kau habis menemui Nelliel, kan?" tanya Ichigo sedikit merayu.
"Enak aja. Toiletnya nggak ada ACnya. Jadinya gue gerah. Lu kale yang ketemu Rukia,"
"Eh. Mana ada toilet ada ACnya? Ketahuan bo'ongnya lu!"
"Kenapa kalian tidak jujur saja? Grimmjow, kau habis dinner dengan Nelliel kan? Ichigo, kau habis mengintip Rukia kan?" ujar Ulquiorra datar.
"Kau bejat sekali! Beraninya kau mengintip Rukia mandi," ujar Grimmjow sambil menendang kaki Ichigo.
"Au! Aku memang ngintip. Tapi nggak ngintip mandi. Mana ada cewek mandi semalam ini?"
"Barang kali aja ritual buat turnamen,"
"Eh, Ulqui, jangan bilangin Yamamoto, ya?" pinta Grimmjow sambil merangkul Ulquiorra.
"Iya. Kita kan tidak boleh berhubungan ma angel itu," tambah Ichigo.
"Biar kita seri, lebih baik kau dekati si gadis orange itu," ujar Grimmjow setengah berbisik.
"Iya. Dia kan menyukaimu," tambah Ichigo.
Ulquiorra menatap kedua temannya dengan tatapan tajam.
Flashback ON!
Kresek kresek
"Hei! Siapa kau?" Rukia melempar batu ke semak-semak.
Bukk
"Aduh... Rukia, kau jahat sekali!" Ichigo keluar dari semak-semak.
"Hei, jeruk! Apa yang kau lakukan di sini?" bentak Rukia.
"Dia siapa, Rukia?" tanya Byakuya.
"Dia itu kepala jeruk! Musuhku! Pergi kau!" Rukia melempari batu sebanyak-banyaknya.
Ichigo berlari terbirit-birit sambil menghindari lemparan itu.
Sementara itu diwaktu yang sama...
"Nnoi, menurutmu Grimmjow orangnya seperti apa?" tanya Nelliel.
'Dia bertanya tentangku?' batin Grimmjow.
Grimmjow agak terkejut. "Aku tidak begitu dekat dengannya. Mungkin dia sepertiku," jawab Grimmjow atau Nnoitra seadanya.
"Aku kasihan padanya," ujar Nelliel. Tatapannya tak bisa ditebak.
"Kasihan? Kenapa?"
"Dia memberi kesempatan agar aku mencintai orang lain. Betul, kan?" tanya Nelliel.
"Aku tidak mengerti maksudmu," jantung Grimmjow berdetak lebih kencang. Dari sikap Nelliel, ia tahu bahwa penyamarannya telah terbongkar.
"Grimmjow, terima kasih atas makan malamnya. Aku tidak suka caramu," Nelliel berdiri hendak pergi.
"Nelliel, aku benar-benar tidak mengerti maksudmu," Grimmjow menghentikannya.
Nelliel melepas sandal higheelsnya. Ia memukul kepala Grimmjow dengan sandalnya. "Kalau mau bertindak, berpikir dulu, dong! Caramu itu salah tahu! Dalam percintaan, tak ada kata mengalah," Nelliel memakainya kembali dan melesat pergi.
Flashback OFF!
"Lebih baik kau dekati dia. Kita kan jadi impas," ujar Grimmjow.
"Aku benci padanya. Aku benci pada wanita yang berpura-pura polos," ujar Ulquiorra.
To be Continued...

A Thousand Days, A Thousand More

A Thousand Days, A Thousand More
.
Inspirated by Christina Perry – A Thousand Years
.
Naruto Masashi Kishimoto
.
Italic for Flashback
.
(You read it, you should listen A Thousand Years - Christina Perry)
.
.
.
Aku meremas pagar atap sekolah. Di sini, aku bertemu dengannya pertama kali dan di sini pula aku memendam rasa selama lebih dari seribu hari. Aku menatap kosong langit biru. Berharap dia datang kemari agar aku bisa menyampaikan perasaanku. Mungkin impianku ini hanyalah bayang semu. Empat tahun tidak bertemu dengannya membuatku sangat rindu. Tapi kuyakin, tempat ini akan menjadi saksi cinta kita.

"Hinata," panggil suara yang begitu kurindukan hingga jantungku berdetak tak karuan. Jantungku seolah ingin melonjak keluar dari tempatnya. Aku telah berjanji pada diriku aku akan mengungkapkan perasaanku saat aku bertemu dengannya lagi. Entah bagaimana caranya, sesulit apapun mengatakannya, sebesar apapun resikonya, aku pasti akan mengungkapkannya.

Dia, dia ada di sini-di hadapanku. Bagaimana caranya agar aku berani mengungkapkan perasaanku? Aku pun tidak tahu cara agar aku bisa mencintainya tanpa harus tersakiti. Namun, melihatmu di sini sendirian tanpa ada pacarmu, tiba-tiba keraguanku menghilang. Aku tidak ragu lagi mengungkapkan perasaanku.
Kau melangkahkan kakimu satu langkah mendekatiku membuat jantungku berdebar lebih keras.

Aku selalu menunggumu menyelesaikan eskulmu. Aku selalu memerhatikanmu, meskipun kau tidak pernah tahu. Selalu, dan selalu yang kau hampiri adalah dia-wanita berambut merah jambu yang berstatus sebagai pacarmu. Tapi, kau jangan khawatir, meskipun kau memiliki dia, aku telah mencintaimu selama seribu hari bahkan sampai seribu lagi, lagi, dan lagi. Kau harus ingat, aku akan selalu mencintaimu. Selalu.

Waktu masih berjalan. Hingga tanpa terasa sudah seribu hari lebih aku mencintaimu. Kau masih tetap bersamanya. Ya, kuakui dia cantik hingga kau dapat terpikat dengannya.
Aku berjanji, aku pasti akan mengungkapkan perasaanku padamu. Aku tidak akan membiarkan secuil pun kesempatan yang diberikan Tuhan padaku terlewat begitu saja.

Tapi sekarang kau telah berdiri di hadapanku. Setiap nafasku, setiap waktuku, aku menantikan saat-saat ini. Di mana kau tidak lagi bersamanya, namun bersamaku. Semua yang telah kulewati hanya untuk ini.
Kau melangkahkan kakimu lagi membuatku meremas pagar ini lebih erat. Jangtungku seolah tak mau dikontrol.

Hatiku telah mati karena menunggumu. Menunggu kau putus dengan pacarmu. Menunggumu melirikku dan menerimaku. Menunggu Tuhan mempertemukan kita lagi. Menunggu saat yang tepat mengungkapkan perasaanku. Tapi kau jangan khawatir, aku di sini selalu dan selalu menantimu karena aku telah mencintaimu selama seribu hari bahkan seribu lagi, lagi, dan lagi. Dan aku percaya, Tuhan pasti akan mempertemukan kita. Takdirlah yang menuntunmu kembali padaku. Karena akulah orang yang lebih tepat untukmu. Orang yang selalu mencintaimu bahkan hingga kita berpisah sekalipun. Bukan wanita itu-tapi aku. Aku.

Kepingan ingatanku bermunculan. Mengingat kita bertemu di sini dan aku langsung jatuh cinta padamu. Mengingat bahwa kau ternyata sudah punya pacar, namun itu tak memupuskan harapanku. Mengingat kita berpisah sewaktu kelulusan dan kau melambaikan tangan padaku sembari merangkul pacarmu. Mengingat kita telah berpisah selama empat tahun tapi itu tak mengurangi rasa cintaku padamu. Mengingat aku selalu berdoa pada Tuhan agar kita diberi kesempatan bertemu kembali agar aku bisa mengungkapkan perasaanku. Semua kenangan itu terkumpul dan menuju satu titik yaitu di sini, detik ini. Di mana kau melangkahkan kakimu lagi, lebih dekat, membuat jantungku sulit diajak kompromi, membuat nafasku begitu sesak. Kau melangkah lagi hingga kita saling berhadapan.

Kau menunjukkan cengiranmu padaku. Kau tampak gugup. Aku pun begitu. Jantungku tak bisa dikontrol.
"Akhirnya, setelah empat tahun kita tidak bertemu," ujarmu.

"I-Iya, Naruto-kun," ucapku terbata.

"Aku mencarimu. Anggap aku ini gila. Tapi-"

"Naruto-kun." / "Hinata," ucap kita bebarengan.

"Aku mencintai Naruto-kun sejak masuk SMA. Aku, tidak ingin memendam perasaan ini lagi!" ungkapku. Rasanya bebanku selama tujuh tahun ini serasa terlepas.

"Hinata," ia tampak kaget. Namun, dia segera memelukku. Aku bisa merasakan jantungnya yang berdetak kencang, "Maafkan aku. Aku tak mau mengakuinya. Kukira, kau tidak pernah menyukaiku. Karena takut kau tolak, aku berlari ke Sakura. Namun sekarang, keberanianku telah terkumpul, aku tidak mau kehilangan kau lagi. Empat tahun tak bertemu, arah hatiku tak pernah berubah, selalu tertuju padamu, Hinata."

Aku, aku benar-benar terharu. Rasa yang kupendam ternyata tak jadi karangan sia-sia, "Te-Terima kasih, Naruto-kun," ucapku dengan isak air mata.

Aku bahagia. Cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Bahkan sekarang aku sudah mencintainya dua ribu hari dan aku akan mencintainya, beribu-ribu hari lagi. Bahkan hingga ajal menjemput sekalipun.

END
Thanks for reading my fanfic. Hope you entertain.