Sabtu, 16 Februari 2019

Ada yang Berbeda

Rasanya memang berbeda. Kalau biasanya bisa ngorbanin keinginan atau tugas pribadi dan lebih memilih berkontribusi untuk mendatangi undangan-undangan seruan beramal, sekarang kebutuhan diri sendirinya semakin kecil. Adanya kebutuhan keluarga yang meminta ini-itu.
Aku sempat bingung karena nggak pernah ikut syuro atau izin tiap ada acara. Izin mulu, izin mulu. Lah gimana lagi coba, aku capek kalau harus debat sama orangtua. Akhirnya aku menemukan jalan keluar. Jalan keluarnya berat. Aku memutuskan bahwa aku harus tilawah saat nggak bisa ikut syuro atau nggak ikut suatu acara. Aku harus berpakaian syari juga meskipun di rumah, yah mukena juga syari kan? Hehe! Kalau ada undangan syuro jam 4 dan posisi aku masih di BRT, aku harus tilawah di BRT, atau hafalan, dzikir, dan berdoa agar syuronya lancar, teman-teman dimudahkan langkahnya untuk datang, diberi kelapangan hati, dimudahkan lisannya untuk berpendapat maupun berbicara, dibahagiakan ketika bertemu teman-teman lainnya, diluruskan niatnya agar untuk Allah semata, dan semoga acaranya dilancarkan, nggak ada hambatan, yang susah jadi mudah, yang sedih jadi bahagia, yang banyak beban jadi terasa ringan.
Lalu kalau sudah sampai rumah dan syuronya masih, ya lanjut tilawah, ya pokoknya nggak leha-leha. Begitu pun kalau ada acara. Kalau aku nggak bisa ikut, ya aku harus gitu. Kalau nggak gitu, hm… rasa-rasanya aku mau lepas aja. Hehe!
Soalnya semakin besar pengorbanan kita, itu tandanya kita semakin mencintai sesuatu itu. Meskipun aku nggak datang syuro/acara, aku kan sudah berkorban untuk tilawah dan berdoa. Kalau aku tidak melakukan hal semacam ini, aku biasanya lupa, “Eh ada syuro ternyata. Wah aku nggak bisa ikut, kan di rumah, ya udah santai-santai aja, biar yang bingung temen-temen.” Hehe! Nggak mau jadi kayak gituuuuu~
Semangat!! Berat? Iya! Tapi teman-teman yang sedang syuro atau sedang melaksanakan acara jauuuhh lebih berat perjuangannya. Aku yang tidak di lapangan juga harus berikhtiar semaksimal mungkin! Yosh!
Aneh ya, aku pas nulis ini berasa nggak pingin pamer. Pamer? Ya Allah, diriku yang penuh aib ini, apa yang bisa dipamerin? Aku pelupa dan tulisan-tulisan biasanya mengingatkan dan menguatkan. Apalagi kalau itu tulisanku sendiri. Kalau lagi futur, tulisan diri sendirilah yang paling menguatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar