Malam itu,
aku terkagum-kagum pada langit pukul 3. Bintangnya bertaburan. Indah. Sekian
lama tak melihat bintang bertaburan karena di daerah bawah langitnya tertutup asap. And...
nonton bintangnya bareng sama anak-
anak UMAI yang lagi MSC X~~
Kalau lihat
bintang malam ini, aku jadi teringat, bahwa
ada yang bisa menembus langit berbintang, adalah doa. Tanah yang kita
injak berbeda, kau ada di sana. Namun
langit kita tetaplah sama. Bintang yang kita tatap pun sama.
Untukmu yang masih rahasia, blaaahhh mulai ngawur.
Kalau lihat
bintang di atas
sana, aku jadi teringat bahwa cahaya bintang yang kita
lihat sekarang, bukanlah cahaya yang secara langsung
sampai ke bumi.
Bisa jadi cahaya
itu telah berusia 1000 tahun. Karena
jarak bumi dan bintang
sangatlah jauh, bisa
jadi cahaya yang
sampai ke bumi adalah
cahaya yang dipancarkan bintang 1000 tahun lalu.
Bisa jadi bintangnya
sekarang sudah mati dan yang tersisa hanya
cahayanya. Menakjubkan sekali, bukan? Seolah
kita diajarkan bahwa hidayah
bisa jadi datangnya
bukan sekarang, namun Allah kan datangkan hidayah
entah kapan, sebulan lagi, setahun, sepuluh
tahun.
Ketika sesi
materi 2 di MSC X, pembicaranya adalah
ustad Andri. Beliau
bercerita bahwa ada seorang pemabuk
yang masuk Islam.
Rasulullah sudah menyuruhnya untuk meninggalkan khamr tetapi dia tidak mau.
Setelah Rasulullah meninggal
pun dia tetap jadi pemabuk. Kepemimpinan beralih kepada Abu Bakar. Pemabuk tadi
tetaplah jadi seorang pemabuk. Abu Bakar meninggal, kepemimpinan beralih ke Umar
bin Khattab. Saat
itu, ada perang
melawan Romawi. Pemabuk tadi ingin sekali ikut berperang tetapi tidak diperbolehkan oleh panglima perang
karena yang boleh ikut berperang adalah orang-orang
yang bersih, yang tidak bermaksiat. Tahu sendirilah kalau pasukan perang isinya
orang-orang yang suka bermaksiat. Apa hal yang paling ditakutkan saat perang?
Bukan jumlah musuh yang ditakutkan tetapi adanya pasukan yang melakukan
maksiatlah yang akan
menjadi sebab kekalahan.
Nah, si pemabuk tadi, dia benar-benar ingin
ikut berperang. Tetapi karena emang nggak boleh, akhirnya pemabuk tadi diikat
di tiang di dalam tenda dan ditunggu oleh seorang
muslimah. Karena si pemabuk tadi
benar-benar ingin ikut berperang, dia memelas kepada
sang muslimah agar dibuka
ikatannya. Karena emang cewek ya, nggak tegaan,
akhirnya dibuka tuh ikatan si pemabuk. Si pemabuk langsung lari ke medan
perang. Para pasukan kaget tuh ngelihat dia! Disuruh pulang nggak mau. Akhirnya
si pemabuk
tadi berperang dengan
hebat. Dari perang
tersebut, si pemabuk tadi
akhirnya sadar dan nggak mau
mabuk lagi. Seusai perang ia
kembali ke tenda dan mengikat dirinya kembali ke
tiang. Sejak saat itulah dia bertobat dan tidak akan mabuk lagi. Masyaallah...
Bayangin deh! Hidayah
Allah datangnya tanpa
diduga. Dia diminta Rasulullah buat nggak mabuk aja nggak
mau! Diminta Abu Bakar buat berhenti
mabuk juga nggak
mau! Diminta Umar juga nggak mau! Tetapi ia berhenti karena telah terjun ke medan
perang. Masyaallah...
Mungkin ketika kita
mengajak orang lain kepada kebaikan, saat ini mereka
memang tidak mau menerima ajakan
kita. Tetapi bisa jadi hidayah Allah memang datangnya bukan sekarang. Bisa jadi besok,
seminggu lagi, sebulan lagi, setahun lagi,
atau sepuluh tahun
lagi, allahu’alam. Karena itu jangan lelah mengajak seseorang
dalam kebaikan, seperti bintang yang tidak lelah bersinar, menghabiskan
sisa hidupnya
untuk menyinari orang
lain. Karena bisa jadi cahaya kita sampai ke bumi
tidak sekarang, seribu
tahun lagi, bahkan selepas kita meninggal, masih
ada bekas-bekas cahaya
yang sampai ke bumi,
menemani seorang gadis
yang suka melihat langit berbintang. Dan juga,
jangan lupa mendoakan orang yang kita ajak dalam kebaikan. Bukankah mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati manusia?
Aku suka
jadi bintang. Dan aku paling
suka bertemu hujan. Sekarang sedang musim kemarau.
Hujan menyapa jarang- jarang. Jujur, aku
rindu pada hujan.
Aku rindu pada
tetesnya. Aku rindu hujan-hujanan. Aku rindu bau tanah selepas
hujan. Karena
ketika diri ini bertemu dengan hujan, seolah
ada sajak-sajak
indah yang datang dan berkata, “Lihatlah, mudah bagi Allah untuk
menghidupkan bumi setelah
mati. Sama halnya mudah bagi Allah melunakkan hatimu
yang telah mengeras. Mudah bagi Allah menghapus semua kesedihanmu, seperti hujan
yang mengalirkan segalanya ke laut, membersihkan daratan
ketika rintiknya datang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar