Minggu, 03 Februari 2019

1000 Tahun Cahaya



Malam itu, aku terkagum-kagum pada langit pukul 3. Bintangnya bertaburan. Indah. Sekian lama tak melihat bintang bertaburan karena di daerah bawah langitnya tertutup asap. And... nonton bintangnya bareng sama anak- anak UMAI yang lagi MSC X~~
Kalau lihat bintang malam ini, aku jadi teringat, bahwa ada yang bisa menembus langit berbintang, adalah doa. Tanah yang kita injak berbeda, kau ada di sana. Namun langit kita tetaplah sama. Bintang yang kita tatap pun sama. Untukmu yang masih rahasia, blaaahhh mulai ngawur.
Kalau lihat bintang di atas sana, aku jadi teringat bahwa cahaya bintang yang kita lihat sekarang, bukanlah cahaya yang secara langsung sampai ke bumi. Bisa jadi cahaya itu telah berusia 1000 tahun. Karena jarak bumi dan bintang sangatlah jauh, bisa jadi cahaya yang sampai ke bumi adalah cahaya yang dipancarkan bintang 1000 tahun lalu. Bisa jadi bintangnya sekarang sudah mati dan yang tersisa hanya cahayanya. Menakjubkan sekali, bukan? Seolah kita diajarkan bahwa hidayah bisa jadi datangnya bukan sekarang, namun Allah kan datangkan hidayah entah kapan, sebulan lagi, setahun, sepuluh tahun.
Ketika sesi materi 2 di MSC X, pembicaranya adalah ustad Andri. Beliau bercerita bahwa ada seorang pemabuk yang masuk Islam. Rasulullah sudah menyuruhnya untuk meninggalkan khamr tetapi dia tidak mau. Setelah Rasulullah meninggal pun dia tetap jadi pemabuk. Kepemimpinan beralih kepada Abu Bakar. Pemabuk tadi tetaplah jadi seorang pemabuk. Abu Bakar meninggal, kepemimpinan beralih ke Umar bin Khattab. Saat itu, ada perang melawan Romawi. Pemabuk tadi ingin sekali ikut berperang tetapi tidak diperbolehkan oleh panglima perang karena yang boleh ikut berperang adalah orang-orang yang bersih, yang tidak bermaksiat. Tahu sendirilah kalau pasukan perang isinya orang-orang yang suka bermaksiat. Apa hal yang paling ditakutkan saat perang? Bukan jumlah musuh yang ditakutkan tetapi adanya pasukan yang melakukan maksiatlah yang akan menjadi sebab kekalahan.
Nah, si pemabuk tadi, dia benar-benar ingin ikut berperang. Tetapi karena emang nggak boleh, akhirnya pemabuk tadi diikat di tiang di dalam tenda dan ditunggu oleh seorang muslimah. Karena si pemabuk tadi benar-benar ingin ikut berperang, dia memelas kepada sang muslimah agar dibuka ikatannya. Karena emang cewek ya, nggak tegaan, akhirnya dibuka tuh ikatan si pemabuk. Si pemabuk langsung lari ke medan perang. Para pasukan kaget tuh ngelihat dia! Disuruh pulang nggak mau. Akhirnya si pemabuk tadi berperang dengan hebat. Dari perang tersebut, si pemabuk tadi akhirnya sadar dan nggak mau mabuk lagi. Seusai perang ia kembali ke tenda dan mengikat dirinya kembali ke tiang. Sejak saat itulah dia bertobat dan tidak akan mabuk lagi. Masyaallah...
Bayangin deh! Hidayah Allah datangnya tanpa diduga. Dia diminta Rasulullah buat nggak mabuk aja nggak mau! Diminta Abu Bakar buat berhenti mabuk juga nggak mau! Diminta Umar juga nggak mau! Tetapi ia berhenti karena telah terjun ke medan perang. Masyaallah...
Mungkin ketika kita mengajak orang lain kepada kebaikan, saat ini mereka memang tidak mau menerima ajakan kita. Tetapi bisa jadi hidayah Allah memang datangnya bukan sekarang. Bisa jadi besok, seminggu lagi, sebulan lagi, setahun lagi, atau sepuluh tahun lagi, allahu’alam. Karena itu jangan lelah mengajak seseorang dalam kebaikan, seperti bintang yang tidak lelah bersinar, menghabiskan sisa hidupnya untuk menyinari orang lain. Karena bisa jadi cahaya kita sampai ke bumi tidak sekarang, seribu tahun lagi, bahkan selepas kita meninggal, masih ada bekas-bekas cahaya yang sampai ke bumi, menemani seorang gadis yang suka melihat langit berbintang. Dan juga, jangan lupa mendoakan orang yang kita ajak dalam kebaikan. Bukankah mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati manusia?
Aku suka jadi bintang. Dan aku paling suka bertemu hujan. Sekarang sedang musim kemarau. Hujan menyapa jarang- jarang. Jujur, aku rindu pada hujan. Aku rindu pada tetesnya. Aku rindu hujan-hujanan. Aku rindu bau tanah selepas hujan. Karena ketika diri ini bertemu dengan hujan, seolah ada sajak-sajak indah yang datang dan berkata, “Lihatlah, mudah bagi Allah untuk menghidupkan bumi setelah mati. Sama halnya mudah bagi Allah melunakkan hatimu yang telah mengeras. Mudah bagi Allah menghapus semua kesedihanmu, seperti hujan yang mengalirkan segalanya ke laut, membersihkan daratan ketika rintiknya datang.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar