Sabtu, 16 Februari 2019

Sekdep Oh Sekdep

Dua tahun lalu, ketika saya diamanahi menjadi sekretaris departemen. Dua tahun lalu mah nggak bisa nolak. Tiba-tiba dapat undangan, dateng-dateng ternyata sosialisasi PH+. Ya Allah… nggak ditembungin, tiba-tiba dikasih amanah. Amanah kan emang bukan buat ditolak. Tapi caranya ya nggak kayak gini juga kaleee~
Amanah itu tidak boleh diminta, tidak boleh juga ditolak. Bukan urusan amanah itu berat atau tidak, melainkan pembelajaran apa yang bisa kita dapatkan.
Seringkali takdir berlainan dengan rencana kita, tetapi percayalah ketika kita ikhlas menjalaninya semata-mata hanya karena Allah, cerita takdirNya tentu akan lebih indah dibanding cerita kita.
(Siti Aliyah Hani)
Aku tak pernah mau jadi sekretaris, entah sekretaris apapun itu. Aku pernah trauma ketika menjadi seorang sekretaris. Aku nggak suka ngetik-ngetik, administrasi, persuratan, nyatet-nyatet, hadeeehh, ngayomin, ngasih perhatian ke anak-anak, mending aku yang dikasih perhatian. Haha! Tapi karena ini amanah, ya mau bagaimana lagi. Apa yang bisa kupelajari dari amanah ini? Ambil pelajaran sebanyak mungkin.
Aku belajar untuk menekan ego, tak memperturutkan egoku. Sifatku masih kekanakan. Nggak cocoklah jadi sekretaris. Ya nggak? Apa aku sudah terlihat sok dewasa?
Aku belajar untuk berubah. Aku nggak suka basa-basi. Tetapi ternyata hal tersebut malah membuat adik-adik yang kurang aktif merasa aku hobinya cuma ngomongin amanah. Akhirnya, di tahun terakhir, gue sering chat adik-adik cuma sekedar basa-basi, tanya kabar, kesibukan, balesin statusnya mereka. Sering banget tiba-tiba kalau mau tidur keinget, “Aku belum lihat statusnya anak-anak!” Langsung deh buka WA buat lihat statusnya mereka dan membalas status tersebut kalau memang memungkinkan untuk dibalas. Alhamdulillah mereka sering update status, jadi tahu deh mereka lagi ngapain aja.
Kalau ada yang nggak bisa dateng, atau izin, tetep dibalasin chat-nya.. Dikasih semangat dan didoakan.. Dulu males banget balesin chat, sekarang jadi lebih sering bales, entah chat-nya penting atau nggak.
Aku masih merasa bersalah atas amanah 2 tahun sebelumnya. Dan di tahun terakhir ini aku mulai berbenah. Ketika PPL di Magelang dan KKN di Batang, aku jarang menghubungi adik-adik. Aku nggak suka buka WA, apalagi tugasku juga banyak. Jadi bisa dibilang aku seolah meninggalkan adik-adik. Lalu tiba-tiba aku berpikir, bagaimana ya jika aku punya anak, anakku tinggalnya jauh dari aku, dan aku lebih peduli sama tugasku daripada buka WA buat chat dia. Ya Allah, aku pasti jadi Ibu yang nggak Ibu- able bangeeett.. Akhirnya dari situlah aku mulai suka nge- WA adik-adik dan teman-teman. Kadang ngirimin VN gaje, nyanyi gaje terus dikirim, ngucapin ulang tahun kalau tahu tanggal ultahnya, ngucapin selamat kalau sedang memperoleh keberhasilan, dan blablabla.. Jangan sampai begitu amanah berakhir, ukhuwah jadi renggang…
Dan yang paling membuatku merutuki kenapa aku menerima amanah jadi sekretaris adalah saat LPJ-an. Gak suka bikin LPJ-an… Dan alhamdulillah udah demisioner hehe!
Apakah aku sudah jadi sekretaris yang baik, ya? Pasti banyak kekurangan di sana-sini. Pas itu bikin surat salah tanggal lagi!
Alhamdulillah lhooo~ aku bahagia punya departemen Diklat. Mereka semangat semua… Mereka keren-keren semua… Devi, Rina, Nikmah, Istiar, Widia, Aji, Afief, Mirza, Wahyu. Thank you all~~ Jadi kan di diklat itu kalau ada yang milad dikasih buku, ya.. dan ada tanda tangan dari fungsionaris terutama yang Diklat. Lah, belum semuanya dapat buku. Masih ada 3 orang yang belum dapat karena nunggu pada ngelunasin kas departemen. Paling nggak, dengan tanggungan buku itu, aku punya alasan buat ketemu kalian. Kita punya alasan untuk bertemu dan menanyakan kabar. Kita punya kesempatan untuk bersalaman dan saling berpelukan, meluruhkan dosa-dosa di setiap kali tangan kita berjabatan, tersenyum, menyedekahkan senyuman pada saudari kita. Nggak tahu kapan, yang penting kapan-kapan ketemu yaaa~ Tanggungan buku nih, tanggungan. Hehe!
Amanah teremban pada pundak yang semakin lelah, bukan sebuah keluhan, ketidakterimaan atau terlebih surut langkah ke belakang.
Ini adalah awal pertempuran, awal pembangkitan sayap di antara kita yang beriman. Wahai diri, sambutlah seruanNya. Orang-orang besar lahir karena beban perjuangan, bukan menghindari peperangan.
(KH. Rahmat Abdullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar