Senin, 28 Januari 2019

Yang Berjatuhan Di Jalan Dakwah

Ini buku yang ditulis oleh Fathi Yakan. Saya pinjam dari Ita, adik super semangat dan pengayom sejati. #eaaaa
Di awal buku ini diceritakan mengenai kisah-kisah sahabat pada zaman Nabi Muhammad SAW yang mulai berjatuhan. Namun perbedaan jatuhnya mereka di jalan dakwah berbeda dengan kondisi sekarang ini. Kalau dulu ketika Rasulullah SAW masih hidup, Islam dan jahiliyah batasnya sangat jelas. Berjatuhan dari jalan dakwah berarti orang tersebut murtad dan memilih menjadi jahiliyah. Sementara di jaman sekarang ini, orang yang keluar dari jamaah pun, masih dianggap sebagai orang Islam. Orang yang tidak mau berdakwah lagi, orang yang maunya memikirkan diri sendiri, asalkan dia tetap ber-Islam, ya apakah orang itu dikategorikan berjatuhan di jalan dakwah? Apakah orang yang berpindah jamaah disebut telah jatuh dari dakwah? Sulit mengkategorikannya karena sekarang ini batasnya tidak jelas.
Nah, salah satu penyebab kenapa orang-orang bisa berjatuhan di jalan dakwah adalah ruhiyah dan tarbawiyah yang kering, tidak dibasahi dzikir kepada Allah dan muraqabah padaNya. Memang iman manusia bisa bertambah dan berkurang. Ketika kita mendapatkan sebuah amanah dan kita nggak sadar kalau jiwa dan ruhani kita jadi hampa dan kita tidak segera memperbaiki diri, bisa jadi kita akan terpental dari jalan dakwah.
Amanah itu berat. Dan aku sering capek. Bukan capek fisik, tetapi hatiku cepat sekali merasakan capek. Dan obatnya adalah membaca Al-Quran. Obatnya adalah datang ke majelis ilmu, berdzikir, mengingat Allah, muhasabah. Kadang di tengah-tengah acara tiba-tiba hati terasa berat, dada menjadi sesak. Pasca acara pun kadang merasakan hal yang serupa. Saat syuro, setelah syuro, sebelum syuro, hatiku gampang banget capeknya. Apa cuma aku? Soalnya aku nggak suka berada di kerumunan orang. Setelah berinteraksi dengan manusia, saat bicara lebih banyak dari biasanya, meskipun bicaranya berupa kebaikan, tetapi kadang itu bikin capek. Interaksi dengan manusia emang bikin capek. Dan obatnya adalah dengan berinteraksi dengan Al-Quran.
Kalau disuruh memilih, aku lebih suka me time. Punya banyak waktu buat sendiri. Kadang kalau udah jenuh, aku mengambil waktu yang emang nggak ada jadwal syuro atau pun acara buat me time. Jadi nggak perlu izin dan mereka nggak perlu tahu aku lagi ngapain. Baca buku sendiri entah di mana pun asalkan nggak ada yang kenal aku, traveling sendiri haha! Paling suka kalo ke luar kota sendirian. Takut sih, kan aku cewek, masak pergi jauh sendiri, tapi insyaallah ada Allah dan malaikat-malaikatnya yang akan melindungi. Toh wanita kan boleh safar sendirian asalkan tidak lebih dari 3 hari. Aku paling safar 2 hari aja.
Berinteraksi dengan manusia itu menyenangkan. Bahkan nanti kalau gue punya suami, berinteraksi dan mengenalnya lebih jauh pasti bakalan nyenengin bangeeet... Tapi setelah melakukan banyak interaksi dengan manusia, aku akan butuh waktu sendiri. Aku tak bilang menghilang agar kalian tak khawatir. Kan kalo aku pergi biasanya gak ada yang nanyain haha!
Lalu selanjutnya adalah ketika seseorang itu mengharapkan selain keridhaan Allah, ia akan lebih mudah berjatuhan dari jalan dakwah. Entah mengharapkan posisi, penilaian orang, uang, dan lain-lain. Lalu, tidak proporsional dalam menempatkan anggota. Anggota kan juga manusia. Punya hati, fisik, akal. Jadi jangan sembarangan nempatinnya. Lalu tidak memberdayakan semua anggota, lemahnya kontrol, kurang sigap dalam menyelesaikan persoalan, konflik internal, dan pemimpin yang lemah.
Lalu ada juga sebab-sebab dari dalam diri seorang individu. Mulai dari watak yang indisipliner. Yang hobinya telat, yang kalau dikasih tugas tidak segera dikerjakan tapi ditunda-tunda. Hayoloh... Hati-hati niiihh.. kalau kamu sering kayak gitu, bisa jadi kamu lho yang nanti jatuh.. Ini juga pengingat buat aku. Aku pernah sengaja dateng syuro telat karena emang orang-orangnya suka molor. Beberapa kali dateng telat, meskipun datangnya terlambat tetapi kadang masih jadi yang pertama. Tapi lama kelamaan rasanya nggak nyaman. Aku berasa nggak menghargai waktu yang sudah diberikan Allah. Padahal, kalau kita datangnya ontime, molornya teman-teman adalah berkah, di mana waktu-waktu tersebut bisa kita gunakan untuk tilawah, menjalin ukhuwah dengan saudari-saudari yang sudah datang. Be ontime! Bisa, bisa, bisa ontime.
Lalu sebab berikutnya adalah takut mati dan miskin, sikap ekstrem dan berlebihan, sikap mempermudah dan menganggap enteng, ghurur dan senang tampil,  dan cemburu terhadap orang lain. Nah, Hafshoh pernah taujih tentang kecemburuan ini. Dulu pas TDR (meskipun kita beda jurusan tapi TDR-nya bareng karena Hafshoh ikut TDR  Sigma), Hafshoh pernah tanya ke pembicaranya, pas itu pembicaranya Pak Fajar, tentang kecemburuan juga. Check it out!
Jadi, ternyata ada ayat yang berisi doa agar kita tidak cemburu kepada orang lain. Dalam QS. Al-Hasyr: 10.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.””
Ayat ini turun setelah peristiwa Fathul Makkah atau penaklukan Kota Mekkah. Setelah Mekkah berhasil ditaklukan, berbondong-bondong orang masuk Islam. Mereka memang baru masuk Islam, mereka berbeda dengan kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka tidak membersamai Nabi seperti kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka tidak ikut berperang seperti kaum Muhajirin dan Anshar. Karena itu mereka berdoa, agar tidak ada kedengkian di hati mereka. Masyaallah.. Doa ini juga yang biasanya saya panjatkan ketika hati sudah mulai menginginkan apa yang dipunyai orang lain.
Dari surat ini pula saya belajar bahwa meskipun orang itu baru mengenal Islam, bisa jadi di kemudian hari, dia lebih mencintai Islam dibandingkan kita yang sudah lebih dulu mengenal Islam. Seperti Umar bin Khattab. Beliau tidak termasuk dalam daftar Assabiqunal Awwalun (Golongan yang pertama masuk Islam), tetapi lihat, ketika beliau masuk Islam, beliau totalitas dan menjadi khalifah setelah Abu Bakar.
Pun saya punya teman yang semacam itu. Bukankah dia baru saja masuk, ya? Namanya juga baru didengar akhir-akhir ini. Tetapi ia amat bersemangat, mau bertumbuh dan berproses, dan dia mengingatkanku akan Khalifah Umar bin Khattab. Kalau kata Mbak Osa, “Sepertinya dia belum mau mutasi. Dia masih punya mimpi buat MIPA.” Saya aja kalah semangatnya sama dia! Buat kalian, kalian yang semangat, bergerak, karena air yang diam akan ditumbuhi banyak penyakit.
Next, next, apakah kamu punya teman yang selalu bersamamu, tumbuh bersama, melakukan hal-hal yang sama tetapi ternyata pencapaiannya lebih tinggi daripada kamu? Lalu kamu merasa ada yang aneh di hati, mengganjal. Ternyata kamu sedang cemburu. Berproses bersama tetapi hasilnya berbeda. Nah, Pak Fajar menjawab, “Ucapkan selamat atas keberhasilannya.”
Yaps! Ucapkan selamat, insyaallah sakitnya berkurang. Insyaallah kamu akan menerima segala ketetapanNya.
Jangan cemburu-cemburu lagilah sama saudara sendiri... Kan kalo ada sebuah taman, dan hanya ada satu bunga saja yang mekar, kan nggak bagus. Taman jadi indah kalau semua bunga bermekaran. Sama halnya kayak kita dan saudari-saudari kita. Sholehah semua, jadi hafidzah semua, jadi ibu yang baik buat anak-anak kita. Kalau cuma aku saja yang unggul, tak akan bisa mengubah apapun. Tetapi kalau kita semuanya unggul, insyaallah kita akan jadi kontributor peradaban Islam di akhir zaman nanti.
Ingatkan aku ya, Ukh. Jangan sungkan buat nasihatin aku. Aku masih banyak kurangnya. Terlihat baik karena aib-aibnya tertutup oleh rahmat Allah.
Nah, masih ada lagi penyebab-penyebab kenapa seseorang bisa berjatuhan di jalan dakwah. Baca bukunya aja kalau mau tahu! Cukup sekian~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar