Pagi yang cerah di Rumah Sakit Bina Sehat. Seorang gadis berambut hitam
panjang duduk di kursi taman. Wajahnya pucat, sorot matanya kosong,
serta pakaian bewarna biru laut yang membelenggu tubuh mungilnya.
"Hei!" seru seorang lelaki berambut cepak membuyarkan lamunannya.
"Pagi-pagi udah ngelamun," lelaki tersebut duduk di sebelahnya.
"Roni?" wanita tersebut kaget lalu menghembuskan nafas berat. "Besok
aku operasi. Aku takut sekali," katanya.
"Lila sayang, itu hanya operasi. Kau tidak perlu takut. Apa kau
menakutkan sesuatu yang akan membuatmu sembuh?" nasehat Roni.
"Besok kau akan menemaniku, kan?" harap Lila.
Roni menggenggam tangan Lila, "Maaf, aku tidak bisa. Aku...,"
kata-kata Roni menggantung.
"Kenapa?"
"Aku mendapat beasiswa ke Spain. Nanti sore pesawatnya lepas landas.
Maaf, Lil. Aku tahu ini berat bagimu tapi-" kata-kata Roni dipotong
oleh telunjuk Lila yang sekarang menempel di bibirnya.
"Aku senang orang yang kusukai dapat meraih cita-citanya. Jangan
sia-siakan kesempatan ini! Aku pasti mendukungmu!" senyum bahagia
terlukis dari wajah Lila.
"Terima kasih," Roni tersenyum lega. Lila memang berbeda dari gadis
lain. Dengan segala keterbatasan dan penyakit yang dideritanya, ia
berhasil membuat hati Roni yang gelisah menjadi tenang bak air di
sungai.
"Btw, boleh aku minta sesuatu?" tanya Lila.
"Apa sih yang tidak aku berikan untuk pacarku ini?" goda Roni.
"Gombali aku," pinta Lila, "Gombalan tentang angkasa."
"Mm.. For first and last," Roni tersenyum jahil, "Angkasa itu indah
kalau ada awan. Seperti hidupku yang indah kalau ada kamu.."
"Lagi-lagi!" seru Lila girang karena hatinya sudah berbunga-bunga.
"Kamu tahu nggak kenapa aku nggak bisa hidup di ruang angkasa?"
Lila menggeleng.
"Karena aku hanya bisa hidup di hatimu."
Lila terkekeh, "Lagi!"
"Apa ya?" Roni berpikir sejenak, "Kamu tahu nggak kenapa astronot
melayang-layang di luar angkasa?"
Lila menggeleng.
"Karena kalau melayang-layang di hatimu, aku marah!" kata Roni sok
posesif.
"Hihi. Roni, seluas-luasnya angkasa raya ini, tidak akan pernah
seluas cintaku untukmu," kata Lila.
Roni mengecup lembut kening Lila. Perasaan bahagia menggelayuti
kedua insan ini.
XxXxXxX
"Kerjamu bagus. Mulai sekarang kau bebas dari Lila," kata seorang
lelaki berusia senja yang tak lain adalah Ayah Lila.
"Aku tidak enak menyakiti hatinya. Sebagai seorang ayah, Anda
termasuk jahat. Tetapi terima kasih untuk donor hatinya. Senang
berbisnis dengan Anda," kata Roni.
"Tidak perlu merasa berhutang budi. Cinta yang kau berikan pada
anakku sudah membayarnya. Sekarang kau bisa bersama dengan Putri," Ayah
Lila tersenyum puas.
XxXxXxX
Roni membuka seonggok amplop merah yang baru saja diberikan oleh Pak
Pos.
For My Fake Beloved
Roni
Hai, Roni! Apa kabar? Semoga kau baik-baik saja. Aku cuma mau minta
maaf karena sudah merenggut kebahagiaanmu. Aku tahu Ayah memberimu donor
hati untuk kekasihmu-Putri dan sebagai gantinya kau menemaniku dan
mengajariku apa arti kebahagiaan hidup ini sekalipun kau harus
meninggalkan kekasihmu. Aku bahagia meskipun menjadi kekasih palsumu dan
tak pernah kau cintai. Terima kasih telah memberiku cinta dan semangat
hidup meskipun itu hanya sesaat. Semoga kau berbahagia dengan Putri.
Your Fake Beloved
Lila
Roni tersenyum kecut.
"Ada apa, sayang?" tanya Putri yang keluar dari rumah Roni.
"Tidak papa. Ini surat dari kantor," jawab Roni sembari menuntun
Putri memasuki rumahnya.
THE END
http://pustakainspirasiku.blogspot.com/2012/05/lomba-ff-mingguan-pustaka-inspirasi-ku.html?spref=fb&m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar