Senin, 28 Mei 2012

FF Inspirasi-Ku Badai Cinta di Musim Salju

Malam bertambah larut. Orang-orang yang berlalu lalang merapatkan jaketnya. Langkah mereka cepat seolah ingin segera sampai di rumah tercinta dan meminum cokelat hangat untuk menghangatkan tubuh yang diserang salju. Tetapi tidak bagi perempuan bernama Filia. Langkahnya tetap berpijak pada salju yang sama. Berkali-kali ia melihat seluruh pejalan kaki mencari sosok yang tidak ada. Di bawah pohon Sakura, perempuan berambut panjang sepunggung ini gelisah dan gundah juga harap-harap cemas sebab sosok yang ia cari belum ia temukan. Menara jam menunjukkan pukul 10.32 pm yang artinya Filia telah menunggu 3 jam lebih 55 menit. Orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Padahal mereka janji akan bertemu pukul 07.00 pm.Bahkan Filia juga sudah lebih dulu datang. Tetapi mengapa orang yang memintanya datang tak kunjung tiba? Bibirnya menggigil diikuti getaran tubuh mungilnya. Jika bukan karena cinta, apa dia sanggup bertahan dalam dingin ini? Jawabannya 'tidak'. Tidak mungkin ia rela menyakiti dirinya sendiri. Apa ini yang dinamakan cinta? Benar-benar butuh pengorbanan.

"Apa sedang ada badai di kotanya? Shiro, cepat datang," guman Filia. Nafasnya beradu cepat. Pandangannya kabur dan kakinya seakan tak mampu menopang tubuh rampingnya.

Sudah empat bulan Jepang diguncang badai hebat. Filia dan Shiro harus berpisah karena mereka harus mendekam di rumah masing-masing menunggu hingga badai berhenti. Waku berhentinya badai yang sekitar satu jam itu dimanfaatkan untuk membeli bahan makanan. Apalagi, Filia dan Shiro tinggal di kota yang berbeda. Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa bertemu?

"Lima belas menit lagi badai datang..! Ayo berlindung..!" teriak seorang polisi membuat seluruh pejalan kaki berhamburan menuju tempat yang aman.

"Lima belas menit? Tidak mungkin. Shiro, di mana kau?" dengan wajah khawatir Filia kembali mencari sosok Shiro. Dingin kembali menusuk tulang rusuknya. "Shiro..," rintihan lirihnya kembali mengingatkannya pada masa lalu. Saat-saat ia dan Shiro bertemu ketika badai melanda kotanya. Filia yang tidak sengaja bertemu Shiro yang sedang mencari tempat tinggal, menawarkan apartemen yang ditinggalinya. Di lantai 17, tepatnya diantara kamar bernomor 157 dan 158, mereka selalu bertemu, berbagi kasih, bercanda ria, lalu tumbuh benih-benih cinta diantara mereka. Di tengah badai salju mereka dipertemukan. Dengan badai sebagai saksi mereka mengucap janji setia. Dan apakah badai akan menjadi kisah terakhir mereka?

Di balik bola mata hazel milik Filia, dilihatnya lelaki yang tengah terengah-engah berlari menuju arahnya. Lelaki yang selama ini ditunggunya-Shiro.

"Maaf, keretanya didelay. HPku juga tidak ada sinyal," kata Shiro menyapu keringat semu.

"A-aku mencintaimu," sekuat tenaga Filia mengatakannya. Nadanya lirih seoalah tenaganya telah habis diserap butiran salju.

Shiro mendekap erat tubuh Filia.

"Satu menit lagi badai datang. Harap segera berlindung..!" teriakan polisi lagi-lagi terdengar.

"Aku tidak peduli. Mau badai datang dan meremukkan tulang-tulangku, aku akan tetap mendekapmu dalam pelukanku. Aku tidak ingin kita berpisah lagi. Aku mencintaimu," kata Shiro lirih.

Filia menutup matanya. Pelukan Shiro benar-benar hangat. Ya, hangat. Menghangatkan hati tetapi ragapun tetap terasa beku. Badai datang menghantam kedua insan ini. Dalam pelukan badai, seolah raga tak mempunyai indra. Dalam pelukan badai, seakan kita akan bersatu selamanya. Dalam dekapan badai juga kita dipertemukan dan dipisahkan. Dan kita akan bertemu di alam yang berbeda.

The End

http://pustakainspirasiku.blogspot.com/2012/05/lomba-ff-mingguan-pustaka-inspirasi-ku.html?spref=fb&m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar